Jumat, 17 Oktober 2014

PENENTU KUALITAS HIDUP MANUSIA

Belajar Dzikir - Sejatinya, hidup ini adalah perlombaan untuk menjadi pemeran terbaik dalam sandiwara hidup pada bidangnya masing-masing. Pemeran terbaik tentunya akan mendapatkan hadiah kebahagiaan dan diabadikan dalam tayangan iklan kehidupan sebagai contoh atau suri teladan.


Sayangnya, lazimnya sebuah festival film, pemeran-pemeran terbaik jumlahnya tidak sebanyak yang tidak baik.
Dalam al-Qur’an, Allah menyebut kalimat wa laakinna aktsara al-naasi (tetapi kebanyakan manusia), yang pasti diikuti dengan sifat negatif.


Ada tiga sifat yang pasti menyertai kalimat itu: pertama, laa yu’minun (tidak beriman); kedua, laa ya’lamuun (tidak mengetahui); ketiga, laa yasykuruun (tidak bersyukur). Hal ini bermakna bahwa mayoritas manusia tidak memenuhi kualifikasi terbaik.


Tiga hal tersebut, yaitu iman (belief), pengetahuan (knowledge), dan syukur merupakan penentu kualitas kehidupan manusia. Tanpa iman (belief), manusia akan kehilangan pegangan penguat dalam menjalani berbagai corak dan kisi kehidupan.


Ketika terzalimi, tertindas atau terpuruk tanpa adanya kekuatan yang nyata dimilikinya, satu-satunya yang menguatkannya untuk tetap bertahan adalah keyakinannya akan eksistensi Tuhan dengan segala keadilan dan kasih sayangNya. Ketika memiliki harapan dan cita-cita yang sangat tinggi yang secara nalar melampaui kemampuan dirinya, yang membantunya bersikap optimis adalah keyakinanNya pada Allah bahwa Dia berkuasa menentukan segala sesuatu yang dikehendakiNya.


Keyakinan atau tauhid berperan signifikan dalam kehidupan manusia karena ia menanamkan optimisme yang merupakan “bahan bakar” utama penggerak laju pembangunan diri dan dunia. Manusia tanpa keyakinan hanya akan berwujud tubuh yang rentan untuk pesimis, stress dan depresi karena tidak mampu membaca sesuatu di balik setiap peristiwa, yaitu indahnya design dan arrangement Allah sebagai Tuhan.


Hanya mereka yang berimanlah yang mampu merasakan keindahan dan kedamaian hidup, karena itulah maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala turunkan ajaran berupa agama, untuk menunjukkan bahwa memang pada hakikatnya manusia adalah makhluk spiritual, homo religious di samping juga homo sapiens.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar