Jumat, 17 Oktober 2014

BUAH MENINGGALKAN KENIKMATAN SEMU

Belajar Dzikir - Mush’ab bin ‘Umari Radhiyallahu ‘anhu rela meninggalkan gelimang harta dan hidup mewah untuk hidup dan tinggal di Yatsrib. Dia berasal dari keluarga bangsawan yang terkenal dengan kemewahan dan gelimangan harta.
Dia biasa mengenakan pakaian yang tidak sembarangan, makan makanan yang istimewa, dan memakai wewangian yang diimpor dari semenanjung selatan.
Namun, setelah dakwah Islam sampai kepadanya, iman dan takwa tertanam di lubuk hatinya, dan iapun mereguk manisnya iman. Saat itulah ia merasa jemu untuk tetap pada kehidupan lamanya.



Ketika ia sudah merasakan manisnya iman, dan ingin selalu berada dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, iapun rela meninggalkan ibundanya tercinta dan kehidupan yang nyaman. Ia bergegas bangkit untuk menyusul rombongan kaum Muhajirin menuju Madinah. Hijrah yang dilakukannya ini adalah buah dari meninggalkan kenikmatan semu menuju kenikmatan abadi. Iapun terbebas dari kekangan hawa nafsu dan menjadikan keimanan terpancang teguh dalam hatinya.



Hingga akhirnya tibalah hari Perang Uhud, ia menjumpai apa yang selama ini diimpikannya; mendapatkan kesyahidan di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ia gugur dengan tidak meninggalkan apapun; meskipun hanya selembar kain kafan untuk membungkus jasadnya. Kemudian para sahabat mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam untuk memberitahukan kondisi sahabat mulia ini. Mereka pun tidak mendapati kain untuk menutupi jasadnya sehingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memerintahkan untuk menggunakan daun pandan untuk menutupi sisa jasadnya yang terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar